HIJRANOMICS

NOTULENSI
Kajian Online Ekonomi Syariah (KOIN EKSIS)
Forum Studi Ekonomi Syariah Tadulako (FIESTO)
Tema : “HIJRANOMICS”
Waktu : Sabtu, 30 September 2017, Pukul 20:00 WITA
Narasumber : Ahmad Syatir S.E,.M.E
Moderator : Akhi Arief Budi Santoso

Hasil dan uraian pelaksanaan :
1. Pembukaan
Dibuka oleh admin grup, penyampaian peraturan grup & mengirim cv moderator
2. Pembukaan oleh moderator
Moderator akhi Arief Budi Santoso. moderator membuka dengan Bismillah, penyampaian
mekanisme kajian online, kemudian mengenalkan narasumber.
3. Penyampaian Materi
Penyampaian materi Oleh Bapak Ahmad Syatir S.E,.M.E
Bismillaah
Sidang majelis ‘ilmu KOIN FIESTO yang Saya cintai.
Assalaam ‘alaikum warrahmatullaahi wa barakaatuh
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin, innallaah ‘aliimun hakim Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad
wa’alaa aalihi washahbihii wasallam, wamanihtadaa bilhudaahu ilaayaumil kiyamah
Segala puji hanya bagi Allaah Tuhan alam semesta, sungguh Allaah itu maha mengetahui dan maha
adil. Semoga Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, segenap
keluarga, dan segenap sahabat, dan sekalian yang mendapat petunjuknya hingga hari kiamat. Pada
kesempatan ini, Saya diamanahkan menyampaikan gagasan dalam KOIN FIESTO. Semoga Allaah
memberikan kemampuan kepada kita sekalian dalam memahami Ilmu Pengetahuan. Amiin.
Bicara tentang ekonomi, maka pada malam ini Saya akan menyampaikan gagasan tentang
HIJRANOMICS Sebuah Refleksi Hijrah dari Perspektif Ekonomi Ekonomi Islam, sebenarnya
ialah berbicara tentang perekonomian Umat Islam, kesejahteraan Umat Islam. Tentang bagaimana
kualitas ekonomi umat ini bisa menjadi semakin baik. Kita semua tentu setuju dengan pernyataan
begini: “seharusnya kita hidup sejahtera, berkecukupan dan kata-kata indah yang lainnya”.
Ini memang Sangat Normatif, dan biasanya kurang praktis. Umumnya masyarakat lebih senang
pada praktisnya, kadang menyanggah dengan pertanyaan iya seperti Apa dan bagaimana sejahtera
itu? Nah, sebagai umat Islam yang beriman, Saya kira kita semua sepakat bahwa petunjuk/Hidayah
itu kita telah ketahui bersama adalah AL-QUR’AN dan tentunya yang satu ini pula HADITS
RASULULLAAH.SAW. Dapatlah kita tengok dalam ayat ke-2 Al Baqarah… Kitab Al Qur’an ini tidak ada keraguan Petunjuk/Hidayah bagi mereka yang takut kehilangan Rahmat Allaah.
Jika kita berimani Al Qur’an, lalu mengapa harus merujuk yang lain.. sebuah tanda (?) PENTING
Sebagai Ekonomi Rabbani, maka Khasanah Islam ini harus disinkronkan dengan Ekonomi kan,,
Kembali ke pertanyaan Apa dan Bagaimana perekonomian umat dibangkitkan!!!
Maka jawaban Utamanya adalah:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik yakni mereka yang
mengharap Rahmat Allaah, Hari Akhir, dan banyak mengingat Allaa” (Al-Ahzab: 21)
Artinya bahwa teladan yang baik adalah Nabi Muhammad SAW.
Di KOIN ini sekarang kita diskusi tentang ekonomi umat, kesejahteraan umat, tentu pula
harus merujuk pada cara Nabi, Ekonomi Nubuwah dapat dikatakan seperti itu. Nah, bila merujuk
pada Nabi, maka kita bisa mencatat aspek HISTORIS proses Hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah.
Kita tentu telah mahfum bahwa Hijrah berarti bergerak meninggalkan yang bathil menuju yang haq.
Tentang bagaimana Nabi membangun awal mula peradaban madani (atau Negara Madinah). Ada
sebuah pertanyaan yang mungkin patut kita jawab, yakni: Pada awal Hijrah tersebut, apa yang
pertama digagas oleh Rasulullah?
1. Ekonomi kah?
2. Sekolah kah?
3. Pertanian kah?
4. Masjid kah?
5. Atau Lainnya? (Bolehlah disebutkan jika ada)
Silahkan dijawab! Saya berikan waktu 30 detik 🙂 Saya yakin masing-masing di antara kita dapat saja
memiliki jawaban berbeda.jika boleh Saya bertanya kembali mengapa Masjid?
Karena yang mungkin memilih jawaban selain masjid tentu punya argumen, bagi yang menjawab
Ekonomi, mungkin karena terkait dengan topik kajian ini. Yang menjawab sekolah, mungkin karena
pendidikan penting seperti terbangunnya Jepang setelah hancur karena perang. Atau yang menjawab
Pertanian, mungkin karena setelah Hijrah meninggalkan Makkah kaum muslimin butuh logistic,
butuh makan Lalu, yang menjawab Masjid, mungkin mengingat sejarah bahwa ada satu Masjid yang
merupakan Masjid pertama dibangun oleh Rasulullaah, tepatnya di salah satu daerah wilayah
Madinah, yakni Wilayah Quba, sehingga dinamakan pula sebagai Masjid Quba.
Atau ada juga jawaban lainnya dengan berbagai alasan. Nah, sambil menunggu, bila ada yang sedang
menyiapkan jawaban. Saya lanjutkan yaa 🙂 Nah, bila ada yang menjawab: Ekonomi, Sekolah,
Pertanian, dan lainnya tentu sangat benar adanya. Karena ketiga hal tersebut dan lainnya merupakan
kebutuhan manusia. Tetapi ada yang lebih Fundamental, lebih mendasar. Yaitu tentang apa yang
mendasari bangkitnya peradaban Negara Madinah? Jawabannya adalah Masjid. Iya, yang dibangun
pertama oleh Rasulullaah sebagai Dasar pembangunan peradabannya (termasuk ekonomi) ialah
Masjid, tidak lain yaitu masjid Quba. Ternyata, apa yang dulu disampaikan oleh guru sejarah bahwa
belajarlah dari masa lalu agar dapat mengukir masa depan adalah sangat relevan yaa 🙂 Maka suatu hal yang tepat dilakukan adalah mengaji dan mereferensi kembali sejarah pada masa awal
keberhasilan institusi Islam sebagai sebuah tradisi kewahyuan membangun perekonomian umat,
yakni di masa Nabi Muhammad SAW. Tidak lain adalah *Go to Move atau Hijrah* dalam bahasa
Kajian Online ini Saya sebut sebagai Hijranomics
Saudaraku Seiman, sesuai dengan kuota waktu, Saya telah melampaui batas waktu yang
ditentukan. Jadi kendali forum Saya serahkan ke Moderator Tafaddhal Akhy Budi.
jika belum ada yang mengajukan pertanyaan atau sanggahan. Maka, Saya mohon izin menjelaskan
tentang bagaimana Hijranomics ini yaa akhi Moderator.
Gagasan Hijranomics tentu sifatnya sangat kontekstual yaa, terutama untuk sekarang bahwa
kita berada di awal Tahun Hijriah 1439. Pemikiran ini Saya turunkan dari Konsep Arsitektur
Kesejahteraan Semesta Berbasis Masjid yang digagas oleh FORDEBI (Forum Dosen Ekonomi
dan Bisnis Islam). Mengapa Masjid? Ya, karena sesuai dengan contoh Hijrah Nabi. Dalam konsep
kesejahteraan berbasis masjid ini, bukan berarti bahwa perekonomian dilaksanakan di masjid. Masjid
adalah sebuah simbol masyarakat, sebuah institusi sosial keagamaan multidimensi. Dimana tiap-tiap
masyarakatnya dapat memberikan kontribusi ekonomi secara rapi teroganisasikan. Seperti hasil riset
Weber yang dibukukan dalam Protestant Ethic and Capitalism bahwa inklusivitas agama dalam
kehidupan ekonomi sangat signifikan bagi kemajuan bangsa eropa. Nah, bagi kita sebagai umat
Islam, kenapa tidak mencoba melakukan perubahan paradigm dari membangun ekonomi secara
sekular menuju pembangunan ekonomi inklusif religious, yakni Hijrah dari ekonomi konven ke
ekonomi masjid. Alasan lain mengapa harus dimulai dari Masjid? lagi-lagi dan lagi diperintahkan
oleh Allah dalam Al-Qur’an
“bila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (Q.S. Al-Jumu’ah: 10)
Bila dilihat secara maknawi, ayat tersebut menunjukkan secara tidak langsung bahwa gerakan
ekonomi dapat dimulai dari masjid, tempat melaksanakan shalat berjamaah. Sehingga berdasarkan
pada ayat tersebut maka relasi antara ayat tersebut dengan konsep kesejahteraan berbasis masjid
adalah sangat erat. Titik awal kekuatan ekonomi umat dapat diterjemahkan dari masyarakat masjid.
Al-Qur’an ini memang sangat Meaningful, selalu sesuai konteks zaman, semakin didalami semakin
erat kaitannya dengan kehidupan dunia ini (Mengutip Tulisan dalam Buku Ekonomi Islam FoSSEI).
Diantara bentuk operasionalisasinya dapat diturunkan dari konsep jama’ah, seperti bentuk
kerjasama syirkah (berserikat), bagi hasil, ta’awwun, dan lain-lainnya
Sekitar pukul 15:30 tadi sore, Saya mendapatkan data yang begitu menginspirasi betapa Ekonomi
Umat bila ingin dibangkitkan harus dimulai dari Masyarakat Masjid atau kata lainnya Jama’ah.

Sesi Tanya Jawab 30/09/2017:
Pertanyaan 1
ABD. MUZAKKIR_KSEI DEMA FSEI IAIN PALU
Assalamualaikum
Saya ingin bertanya. Dizaman sekarang bertransaksi di masjid boleh tidak, landasannya apa?
Jawaban :
Wa’alaikumussalam
Baik, terima kasih saudaraku Abd. Muzakkir. Perlu Saya tegaskan bahwa berbasis masjid ini bukan
berarti bahwa perekonomian dilaksanakan di masjid. Masjid adalah sebuah simbol masyarakat,
sebuah institusi sosial keagamaan multidimensi. Saya tidak menganjurkan bertransaksi di Masjid.

Ada dua hal, paling tidak yang diperoleh umat bila membumikan ekonomi masjid. Kesatu Ibadahnya
semakin baik dan Kedua Ekonominya bila diterapkan bisa semakin kuat Jadi Saya tegaskan, bahwa
jangan sampai ada ketidaksesuaian pemahaman kita bersama antara maksud Ekonomi Masjid dengan
Masjid. Secara fungsional, Masjid dapat dipandang dari dua perspektif, pertama; masjid sebagai
prasarana ibadah, dan kedua; masjid sebagai sebuah masyarakat. Pada perspektif pertama, hal ini
telah mengakar dengan kuat dalam kesadaran masyarakat Islam termasuk di Indonesia. Namun pada
perspektif kedua, fungsi Masjid seakan hanya bergeser beberapa jarak dari perspektif pertama,
kebermaknaannya hanya sebatas wadah ritualitas saja, padahal makna fungsional masjid secara
sosial sungguh amatlah luas cakupannya. Termasuk pada perspektif kedua inilah terletak dasar
ekonomi masyarakat yang potensial, yakni ekonomi berbasis masjid. Masjid merupakan media
menginternalisasikan nilai-nilai ketundukan, kepatuhan, dan keberserahan diri seseorang, yang
sesungguhnya adalah merupakan model pembangunan sumberdaya manusia yang berintegritas.
Prosesnya dilakukan melalui sistem berjamaah, yang secara sosial dikatakan sebagai komunitas yang
di dalamnya terbangun jaring-jaring sosial antar jamaah. Sekali lagi, bahwa Ekonomi Berbasis
Masjid Bukan Bertranskasi di Masjid karena Saya pun memahami bahwa ada larangan berjual
beli dalam Masjid. Begitu Moderator Silahkan
Pertanyaan Ke-2
IRMAYANTI_KSEI FIESTO_UNIVERSITAS TADULAKO
Assalamualaikum wr wb.
Bagaimana cara mengubah pemikiran para pelaku ekonomi konven agar tertarik untuk hijranomics?
Sebenarnya gerakan yang perlu kita lakukan agar hijranomics indonesia ini terwujud itu seperti apa?
sudah banyak gerakan yg selalu dilakukan tapi masih banyak yg pandang sebelah mata? Syukron
Jawaban :
Wa’alaikumussalam Saudariku Irmayanti
Pertama adalah kembali ke Masjid sebagai sebuah bagian masyarakat
Kedua adalah melalui masjid dilakukan pendalaman atau internalisasi nilai-nilai Islam
Dan bila telah ada program Hijrah bermuatan Ekonomi (Hijranomics) yang dipandang sebelah mata,
itu berarti tantangan. Kita tentu ingat sejarah Nabi yang dikatakan sebagai Penyair? Dihina bahwa
beliau dianggap gila. Kalau dipandang sebeleh mata anggap saja itu Kedipan Mata
Pertanyaan Ke-3
MARTINI S._FEKON UNIVERSITAS TADULAKO
Langsung ke pertanyaan pak,
Bagaimana berhijrah ke ekonomi islam, sedangkan kita masih berada disistem ekonomi kapitalisme?
Bagaimana kita memulai menghijrahkan ekonomi keislam, sedangkan pendidikan, politik, sosial, kesehatan masih sekuler? Otomatis jika semua masih sekuler, maka akan mempengaruhi ekonomi.
karena pola didik sekarang telah terdokrin oleh selain islam.
Dalam surah al-baqarah: 208, “masuklah kedalam islam secara kaffah (menyeluruh)….”
Negara masih engan mengambil aturan islam secara menyeluruh. Bukan hanya ekonominya,
pendidikan, kesehatan, politik dan lain-lain kita tidak mengambil islam sebagai aturan disegala lini
kehidupan.
Mohon penjelasannya pak.
Jazakillah khairan katshiron
Jawaban :
Na’am, waiyyaakum saudariku Martini S.
Pertama bahwa, Hijrah itu sebuah proses, bisa saja butuh waktu lama.
Kedua, Sementara itu Allaah memberikan solusi perjuangan menjadikan Shalat dan Sabar
sebagai Penolong. Sekali lagi ada Shalat Berarti Masjid
Mengenai kapitalisme, ini akan tumbang jika Umat mau berjama’ah/bersatu. Termasuk sekularisasi
Pendidikan, Politik, Sosial, dan Kesehatan. Dan untuk Negara kita yang masih Enggan menjadikan
Islam sebagai dasar bernegara (Paling tidak pengembalian PIAGAM JAKARTA) memang masih
begitu. Nah, melalui gerakan Hijranomics Saya kira kita semua bisa berpartisipasi Karena konstitusi
negara kita masih mengizinkan untuk berserikat. Kurang lebih seperti itu Moderator.

Sepatah Kata Dari Pemateri :
Baik, Ada yang salah dalam dunia pendidikan Ekonomi kita terutama *Ekonomi,
Manajemen, dan Akuntansi yang Konvensional. Pertama yakni tidak adanya pembelajaran moral
religious dalam Kurikulumnya. Sehingga sangat sekuler. Kedua yakni ada sebuah kekeliruan yang
cukup besar dengan menjadikan peralatan Statistik yang berlebihan, sehingga Ekonomi itu seakan-
akan ada dalam kendali software. Padahal Ekonomi itu adalah fakta sosial termasuk jika agama
dimasukkan di dalamnya, dan Ketiga untuk mengubah ekonomi umat ini menjadi lebih baik adalah
dengan REKAYASA SOSIAL lewat HIJRANOMICS, yakni merefleksikan sejarah Hijrah lewat
Perspektif Ekonomi.
Fakta sosial saat ini adalah: Mall-Mall sebagian memiliki Masjid-Masjid/Mushallaah
dan hampir semuanya adalah limited space (sempit), bahkan ada yang di parkiran iya kan?
Nah, melalui Ekonomi Berbasis Masyarakat Masjid, semoga Menjadi Masjid yang memiliki Mall-
Mall. Dimana pemegang sahamnya ialah para Jama’ah. Aamiin
Alhamdulillah. Sekian sidang KOIN FIESTO, Moderator, Admin Grup syukran katsiir.
Jazakallaah khairan katsiir…
Semoga ada hikmah yang dipetik dari Majlis ini…. Aamiin

Tinggalkan komentar